okezone.com
ANIMO dan apresiasi kaum muda terhadap industri kreatif di bidang fesyen, dalam hal ini clothing line semakin berkembang. Itulah yang mendasari alasan munculnya beragam clothing brand baru dari masa ke masa. Sehingga menawarkan appareal kualitas terbaik dengan produksi terbatas, serta desain eksklusif.
Industri clothing dan distro Tanah Air telah bertahan selama kurang lebih 16 tahun. Dari tahun ke tahun selalu melahirkan pengusaha muda baru, di mana mereka mampu membangkitkan sisi idealisme dalam berkreativitas, khususnya di bidang fesyen. Muatan kreativitas dan idealisme inilah yang awalnya "mencuri hati" masyarakat muda Tanah Air menjadi lebih mengapresiasi produk dalam negeri.
Bicara bisnis clothing, tak terlepas dari peran KICK (Kreative Independent Clothing Kommunity), forum bisnis dari para pengusaha clothing lokal dan distro, yang menggandeng tak kurang 70 clothing brand di Indonesia. Di antaranya Flashy, Wadezig!, God.Inc, Slackers, Nichers, D'Loops, dan sebagainya untuk berkembang ke arah yang lebih baik –agar brand lokal bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
"Kendati kemunculan clothing brand baru ada sekira tahun 2000 hingga 2005, namun kenaikannya baru dirasakan pada 2008. Bisnis clothing tentunya ada kenaikan dan penurunan. Tahun ini, kami rasakan cukup berat. Hal ini dipengaruhi harga bahan dasar, yakni kapas yang terus melonjak naik. Untuk diketahui, gagal panen di China dan tersebarnya polusi pada kapas di India mau tak mau dirasakan oleh Indonesia –kapas menjadi langka karena kedua negara itu harus memenuhi kuota negara mereka terlebih dulu. Kenaikan bahan dasar setidaknya 100 persen dari harga semula," kata Ridho Alhadi, Public Relation KICK yang juga mewakili brand Wadezig! kepada okezone di konferensi pers Axis Kickfest 2011 di Tee Box, Jalan Wijaya, Selasa (7/6/2011).
Tak hanya itu saja, pabrik tempat mereka biasa memproduksi juga mulai memberlakukan peraturan yang ketat; pembayaran down payment sebesar 50 persen harus dilakukan sebelum produksi.
"Salah satu solusi yang kami lakukan ialah memperkecil nilai profit dan menetapkan harga yang setara dengan ide yang telah dikeluarkan. Karena dampak ini juga memengaruhi rantai struktur terkait. Mulai dari penjahit dan lain sebagainya," papar Ade Andriansyah, Ketua KICK sekaligus perwakilan dari brand Flashy, dalam kesempatan yang sama.
Kendati berat, keduanya mengaku bersyukur dan terkejut dengan masih banyaknya konsumen loyal yang percaya dengan brand yang mereka bawa.
"Saya ingat anak muda yang sering belanja di Wadezig. Dalam sehari dia bisa membeli tiga hingga lima kaus. Suatu hari tanpa sengaja saya melihat dia belanja lagi namun dengan status yang sudah berbeda, dia telah menjadi direktur di suatu perusahaan ternama. Kami terperangah dan bersyukur bagaimana seseorang bisa sangat loyal dengan satu brand, kendati sudah tidak muda lagi," imbuh Ridho.
Cerita serupa juga dialami Ade. Seorang pelanggan wanita yang semasa muda masih membelanjakan uang orangtuanya di Flashy kini setelah memiliki dua orang anak masih saja menambah lini Flashy setiap muncul koleksi terbaru.